Selasa, 04 Agustus 2020

Instrument Landing System

Instrument Landing System

Hai sahabat Aviasi, kali ini saya akan membahas Instrument Landing System (ILS) secara garis besar, kemudian nanti saya akan memposting peralatan ILS satu persatu di post berikutnya yaa...

   Instrument Landing System dibuat untuk memudahkan penerbang mengadakan pendekatan ke landasan terutama pada waktu cuaca kurang baik dan visibility yang terbatas. Oleh karena itu ILS dapat meningkatkan banyaknya pendaratan dari suatu bandara pada segala cuaca. Instrument Landing System (ILS) dipasang bersamaan dengan Precision Approach Path Indicator (PAPI) yang merupakan alat pendaratan visual  berfungsi sebagai memandu pesaawat udara. Jadi ILS dan PAPI sama-sama sebagai alat pendaratan, bedanya terletak pada informasinya dan jenis peralatan itu sendiri. ILS Non-Visual sedangkan PAPI Visual.

Instrument Landing System ( ILS) terbagi atas 3 peralatan:

1. Marker Beacon
Marker beacon berfungsi memberikan informasi jarak berupa audio kepada penerbang untuk kesiapan pilot mengambil tindakan sebelum melakukan pendaratan. Marker Beacon ini ditempatkan terpisah di interval yang ditetapkan sepanjang ILS dengan karakteristik audio yang berbeda. Marker Beacon terbagi atas 3 peralatan yaitu:

    a. Outer Marker
      Outer Marker terletak paling ujung rambu pendaratan. jarak letaknya 7,2 Km dari threshold      pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone) 400 Hz dan dikode/sandi dengan garis-garis.

    b. Middle Marker
      Middle Marker terletak 1050 m dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone) 1300 Hz dan dikode/sandi dengan garis dan titik.

    c. Inner Marker
      Inner Marker dipakai bandar udara dengan CAT II (Kategori 2), Namun di Indonesia masih memakai CAT I (kategori 1). Inner Marker terletak antara 75 m dan 450 m dari threshold pendaratan, dimodulasi dengan nada (tone) 3000 Hz & dikode/sandi dengan titik-titik

                              


2. Glide Slope/ Glide Path (GP)

   Glide Path berfungsi memberikan panduan secara vertikal yaitu azimuth sebesar 3° kepada pesawat, bekerja pada frekuensi UHF (Ultra High Frequency) yaitu diantara 328.6 MHz-335,4 MHz. Untuk menghasilkan hal tersebut antena Glide Slope dipasang pada tiang vertikal, satu antena di atas antena yang lain. Tanah di depan antena Glide Slope berfungsi sebagai reflektor dan sudut pendaratan (sudut Glide Slope) ditentukan oleh tinggi antena terhadap tanah. Karena tanah berfungsi sebagai reflektor adalah penting supaya daerah/tanah di depan antena Glide Slope dijaga tetap rata (sesuai persyaratannya) dan bebasdari penghalang.
                                                   

3. Localizer

Localizer berfungsi memberikan panduan secara horizontal, yang memandu pesawat agar mendarat tepat di center line runway. Bekerja pada Frekuensi VHF yaitu 108 MHz-118 MHz dengan memancarkan frekuensi carrier yang dimodulasi AM (Amplitude Modulated) dengan dua sinyal audio 90 Hz dan 150 Hz.


                          



Secara umum, kombinasi dari berbagai sinyal ILS untuk memandu pesawat agar mendarat dengan selamat sampai di apron (tempat parkir), dibawah ini:

                              




Nah, sekian dulu ya penjabarannya, Nanti dilanjut lagi di post berikutnya. share juga kalo berguna hehehe..

semoga ilmunya bermanfaat. :)

Salam Aviasi ! :)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More